Situasi Eropa menjelang PD II tidak jauh berbeda
dengan situasi menjelang PD I. Suasana diliputi ketegangan dan keinginan balas
dendam, terutama negara-negara yang kalah perang. Mereka dirugikan oleh
perjanjian-perjanjian yang dibuat oleh blok Sekutu. Pada umumnya negara-negara
yang terlibat perang mengalami kehancuran ekonomi. Untuk itu mereka berusaha
bangkit dengan cara yang diktator dan mengembangkan paham ultranasionalisme.
Dari paham ultranasionalisme tersebut lahir negara-negara fasis. Negara-negara
fasis yang muncul yaitu Jerman, Italia, dan Jepang.
a.Fasisme di Jerman
Dalam PD I Jerman mengalami kekalahan dan penderitaan yang hebat. Namun, di bawah kepemimpinan Adolf Hittler Jerman mulai bangkit. Melalui Partai Nazi, Adolf Hittler membangun Jerman kembali. Jerman menganut paham Chauvinisme yaitu paham yang menganggap dirinya lebih unggul dari ras lainnya. Selain itu juga menganut totaliterisme yaitu paham yang melaksanakan prinsip bahwa
semua diutus oleh negara. Rakyat tidak memiliki kebebasan.
Dalam PD I Jerman mengalami kekalahan dan penderitaan yang hebat. Namun, di bawah kepemimpinan Adolf Hittler Jerman mulai bangkit. Melalui Partai Nazi, Adolf Hittler membangun Jerman kembali. Jerman menganut paham Chauvinisme yaitu paham yang menganggap dirinya lebih unggul dari ras lainnya. Selain itu juga menganut totaliterisme yaitu paham yang melaksanakan prinsip bahwa
semua diutus oleh negara. Rakyat tidak memiliki kebebasan.
Berikut ini beberapa
tindakan yang dilakukan Hittler untuk mewujudkan kejayaan Jerman.
1)Menolak isi Perjanjian Versailes.
2)Membangun angkatan perang yang kuat.
3) Mengobarkan semangat anti-Yahudi dengan membunuh dan mengusir orang-orang Yahudi.
4) Membangun hubungan kerja sama politik dan militer dengan Jepang dan Italia (Poros Roberto).
5) Membentuk polisi rahasia yang disebut Gestapo.
1)Menolak isi Perjanjian Versailes.
2)Membangun angkatan perang yang kuat.
3) Mengobarkan semangat anti-Yahudi dengan membunuh dan mengusir orang-orang Yahudi.
4) Membangun hubungan kerja sama politik dan militer dengan Jepang dan Italia (Poros Roberto).
5) Membentuk polisi rahasia yang disebut Gestapo.
Seiring dengan perkembangan yang dialaminya,
Jerman mulai berani melakukan politik ekspansi kembali. Jerman melaksanakan
politik Lebensraum (ruang untuk hidup) yaitu gagasan perluasan wilayah melalui
perang. Misalnya dengan menduduki Austria dan Cekoslovakia.
b . Fasisme di Italia
Kalian tentu masih ingat bukan mengapa Italia pindah ke blok Sekutu? Italia adalah salah satu negara pemenang dalam Perang Dunia I. Meskipun menang, Italian merasa kecewa sebab tuntutannya dalam Perjanjian Versailes tidak terpenuhi. Karena kekecewaannya tersebut, Italia mulai bangkit di bawah pimpinan Benito Mussolini . Italia berkembang menjadi negara fasis.
Berikut ini usaha-usaha Benito Mussolini untuk mengembangkan fasisme di Italia.
1) Mengobarkan semangat Italia Irredenta untuk mempersatukan seluruh bangsa Italia.
2) Memperkuat angkatan perang.
3) Menguasai seluruh Laut Tengah sebagai Mare Nostrum atau Laut Kita.
4) Menduduki Ethiopia dan Albania.
Kalian tentu masih ingat bukan mengapa Italia pindah ke blok Sekutu? Italia adalah salah satu negara pemenang dalam Perang Dunia I. Meskipun menang, Italian merasa kecewa sebab tuntutannya dalam Perjanjian Versailes tidak terpenuhi. Karena kekecewaannya tersebut, Italia mulai bangkit di bawah pimpinan Benito Mussolini . Italia berkembang menjadi negara fasis.
Berikut ini usaha-usaha Benito Mussolini untuk mengembangkan fasisme di Italia.
1) Mengobarkan semangat Italia Irredenta untuk mempersatukan seluruh bangsa Italia.
2) Memperkuat angkatan perang.
3) Menguasai seluruh Laut Tengah sebagai Mare Nostrum atau Laut Kita.
4) Menduduki Ethiopia dan Albania.
c . Fasisme di Jepang
Munculnya
fasisme Jepang tidak dapat dipisahkan dari Restorasi Meiji. Berkat Restorasi
Meiji, Jepang berkembang menjadi negara industri yang kuat. Majunya industri
tersebut membawa Jepang menjadi negara imperialis. Jepang menjadi negara fasis
dan menganut Hakko I Chiu. Fasisme di Jepang dipelopori oleh Perdana Menteri
Tanaka, masa pemerintahan Kaisar Hirohito dan dikembangkan oleh Perdana Menteri
Hideki Tojo. Untuk memperkuat kedudukannya sebagai negara fasis, Kaisar Hirohito
melakukan beberapa hal berikut.
1) Mengagungkan semangat bushido.
2) Menyingkirkan tokoh-tokoh politik yang anti militer.
3) Melakukan perluasan wilayah ke negara-negara terdekat seperti Korea, Manchuria, dan Cina.
4) Memodernisasi angkatan perang.
5) Mengenalkan ajaran shinto Hakko I Chiu yaitu dunia sebagai satu keluarga yang dipimpin oleh
Jepang.
1) Mengagungkan semangat bushido.
2) Menyingkirkan tokoh-tokoh politik yang anti militer.
3) Melakukan perluasan wilayah ke negara-negara terdekat seperti Korea, Manchuria, dan Cina.
4) Memodernisasi angkatan perang.
5) Mengenalkan ajaran shinto Hakko I Chiu yaitu dunia sebagai satu keluarga yang dipimpin oleh
Jepang.
Berkembangnya negara-negara fasis seperti
Italia, Jerman, dan Jepang membuat situasi politik di kawasan Eropa semakin
menghangat, dan diwarnai dengan ketegangan yang mendorong terjadinya Perang
Dunia II.
Hal-hal yang melatarbelakangi terjadinya Perang
Dunia II dapat digolongkan menjadi sebab umum dan sebab khusus.
a. Sebab Umum
Berikut ini sebab-sebab umum terjadinya Perang Dunia II.
1) Pertentangan antara paham liberalisme dan totaliterisme. Liberalisme memberikan kebebasan bagi warga negaranya sedangkan totaliterisme mengekang kebebasan warga negara.
2) Persekutuan mencari kawan.
3) Semangat untuk membalas dendam (revanche idea) karena kekalahan dalam PD I.
4) Perlombaan senjata antarnegara.
5) Pertentangan antarnegara imperialis untuk memperebutkan daerah jajahan.
6) Kegagalan Liga Bangsa-Bangsa dalam mewujudkan perdamaian dunia.
a. Sebab Umum
Berikut ini sebab-sebab umum terjadinya Perang Dunia II.
1) Pertentangan antara paham liberalisme dan totaliterisme. Liberalisme memberikan kebebasan bagi warga negaranya sedangkan totaliterisme mengekang kebebasan warga negara.
2) Persekutuan mencari kawan.
3) Semangat untuk membalas dendam (revanche idea) karena kekalahan dalam PD I.
4) Perlombaan senjata antarnegara.
5) Pertentangan antarnegara imperialis untuk memperebutkan daerah jajahan.
6) Kegagalan Liga Bangsa-Bangsa dalam mewujudkan perdamaian dunia.
b . Sebab Khusus ( casus bally bally)
Sebab khusus Perang Dunia II terjadi di dua kawasan yaitu kawasan Eropa dan kawasan Asia Pasifik. Berikut ini sebab-sebab khusus terjadinya Perang Dunia II.
Sebab khusus Perang Dunia II terjadi di dua kawasan yaitu kawasan Eropa dan kawasan Asia Pasifik. Berikut ini sebab-sebab khusus terjadinya Perang Dunia II.
1)
Di kawasan Asia Pasifik, penyerbuan Jepang terhadap pangkalan Angkatan Laut
Amerika Serikat di Pearl Harbour tanggal 7 Desember 1941.
2) Di kawasan Eropa, serangan kilat (blitzkrieg) yang dilakukan Jerman atas Polandia pada tanggal 1 September 1939. Alasan penyerangan itu untuk merebut kembali kota Danzig (penduduknya bangsa Jerman). Dalam waktu singkat sebagian besar Polandia dikuasai Jerman.
2) Di kawasan Eropa, serangan kilat (blitzkrieg) yang dilakukan Jerman atas Polandia pada tanggal 1 September 1939. Alasan penyerangan itu untuk merebut kembali kota Danzig (penduduknya bangsa Jerman). Dalam waktu singkat sebagian besar Polandia dikuasai Jerman.
Uni Soviet yang merasa keamanannya terancam,
segera menyerbu Polandia dari arah Timur. Pada tanggal 3 September 1939 Inggris
dan Prancis menyatakan perang terhadap Jerman. Dalam perkembangannya melibatkan
banyak negara.
Negara-negara yang terlibat dalam Perang Dunia
II juga tidak jauh berbeda dengan Perang Dunia I. Perang Dunia II dapat
dikatakan merupakan ajang balas dendam bagi negara-negara yang kalah dalam PD
I. Negara-negara yang terlibat terbagi dalam blok Sentral dan blok Sekutu.
Berikut ini negara-negara yang terlibat dalam PD II.
a. Blok Sentral yaitu Jerman, Italia, Jepang, Austria, Rumania, dan Finlandia.
b. Blok Sekutu yaitu Inggris, Prancis, Rusia, RRC, Amerika Serikat, Austria, dan Polandia.
a. Blok Sentral yaitu Jerman, Italia, Jepang, Austria, Rumania, dan Finlandia.
b. Blok Sekutu yaitu Inggris, Prancis, Rusia, RRC, Amerika Serikat, Austria, dan Polandia.
Secara umum PD II dibagi dalam 3 tahapan
berikut.
a. Tahapan pertama, blok Sentral melakukan ofensif dengan taktik serangan kilat.
b. Tahapan kedua, merupakan titik balik. Blok Sentral bersifat defensif (bertahan) sedangkan blok Sekutu lebih banyak melakukan serangan.
c. Tahapan ketiga, blok Sekutu mulai mencapai kemenangan.
a. Tahapan pertama, blok Sentral melakukan ofensif dengan taktik serangan kilat.
b. Tahapan kedua, merupakan titik balik. Blok Sentral bersifat defensif (bertahan) sedangkan blok Sekutu lebih banyak melakukan serangan.
c. Tahapan ketiga, blok Sekutu mulai mencapai kemenangan.
Untuk memahami jalannya Perang Dunia II,
simaklah penjelasan berikut. Lihat tabel 2.1.
Tabel 2.1 Pertempuran
dalam Perang Dunia II
Pada
awalnya Amerika Serikat bersikap netral. Akan tetapi setelah terjadi peristiwa
Pearl Harbour tanggal 7 Desember 1941, AS menyatakan perang kepada Jepang.
Sekutu membentuk komando gabungan yang dipimpin Jenderal Dwight Eisenhower.
Pada tanggal 6 Juni 1944 terjadi pertempuran antara Sekutu dan Jerman di
Normandia. Jerman dapat dipukul mundur. Sementara itu, wilayah Asia Pasifk
membentuk pertempuran sendiri. Jepang berhasil menguasai Filipina, Indonesia,
Malaysia, Singapura, dan Birma. Bahkan pada tanggal 27 Februari 1942 pertahanan
Sukutu di Jawa dapat direbut Jepang. Peta kekuatan mengalami perubahan setelah
terjadi pertempuran di Laut Karang. Pasukan Sekutu yang dipimpin Jenderal
Douglas Mac Arthur dengan Laksamana Chester W. Nimit menyerbu Jepang sampai
Pulau Okinawa.
4. Akhir Perang
Pada
bulan Mei 1942, suatu serangan terhadap Australia terhenti dalam pertempuran di
Laut Koral. Serangan serupa terhadap Hawai terhenti di Midway pada bulan Juni
1942. Pada bulan Agustus 1942 pasukan Amerika Serikat mendarat di Guadalkanal
(Kepulauan Solomon) dan bulan Februari 1943 pihak Jepang telah dipukul mundur.
Pada bulan Februari 1944 pasukan Amerika Serikat berhasil mengusir Jepang dari
Kwayalein, di Kepulauan Marshall, dan Saipan di Kepulauan Mariana. Pada tanggal
6 Agustus 1945 Sekutu menjatuhkan bom atom di kota Hiroshima dan kota Nagasaki
pada tanggal 9 Agustus 1945. Akhirnya Jepang menyerah dan menandatangai
perjanjian di atas kapal USS Missouri tanggal 2 September 1945 di Teluk Tokyo.
Blok Sentral pada khirnya harus menyerah kepada Sekutu pada bulan Mei 1945. Berikut ini beberapa faktor penyebab kekalahan Blok Sentral terhadap Sekutu.
a. Blok Sentral tidak ditunjang oleh sumber-sumber kekayaan alam yang mencukupi kebutuhan perang.
b. Jumlah anggota kelompok Sekutu lebih banyak. Masuknya Rusia ke dalam blok Sekutu memperkuat blok tersebut.
c. Sekutu memiliki daerah jajahan yang dapat menunjang kebutuhan perang.
d. Blok Sekutu memiliki keunggulan teknologi persenjataan daripada Blok Sentral.
Blok Sentral pada khirnya harus menyerah kepada Sekutu pada bulan Mei 1945. Berikut ini beberapa faktor penyebab kekalahan Blok Sentral terhadap Sekutu.
a. Blok Sentral tidak ditunjang oleh sumber-sumber kekayaan alam yang mencukupi kebutuhan perang.
b. Jumlah anggota kelompok Sekutu lebih banyak. Masuknya Rusia ke dalam blok Sekutu memperkuat blok tersebut.
c. Sekutu memiliki daerah jajahan yang dapat menunjang kebutuhan perang.
d. Blok Sekutu memiliki keunggulan teknologi persenjataan daripada Blok Sentral.
Berakhirnya Perang Dunia II juga ditandai dengan
penandatanganan berbagai macam perjanjian. Berikut ini beberapa perjanjian yang
mengakhiri PD II. Lihat tabel 2.2.
Tabel 2.2
Perjanjian-Perjanjian yang Mengakhiri Perang Dunia II
4. Dampak atau Akibat Perang Dunia II
Perang Dunia II memberikan dampak yang luas dalam
berbagai aspek kehidupan. Berikut ini dampak PD II dalam bidang politik,
ekonomi, sosial, dan kerohanian. Lihat tabel 2.3.
Tabel 2.3 Dampak Perang
Dunia II
Tabel 2.3 Dampak Perang
Dunia II
Terjadinya
PD II secara tidak langsung berpengaruh terhadap kehidupan politik dan
pergerakan kemerdekaan Indonesia. Pada tahun 1942 Jepang berhasil mengalahkan
Belanda, maka posisi Belanda Indonesia diambil alih oleh Jepang. Artinya
Indonesia mulai dijajah oleh Jepang. Masa pendudukan Jepang berjalan sekitar
3,5 tahun. Berbagai kebijakan Jepang di Indonesia diarahkan untuk memperkuat
kekuatan militer. Selain itu untuk ikut mendukung kemenangannya dalam
menghadapi Sekutu. Perang Dunia II juga berpengaruh bagi Indonesia dalam
mencapai kemerdekaan. Setelah Jepang kalah menyerah kepada Sekutu tanggal 14
Agustus 1945, Indonesia dalam keadaan “vacuum of power” (kekosongan kekuasaan).
Jepang sudah menyerah berarti tidak mempunyai hak memerintah Indonesia,
sementara Sekutu, saat itu belum datang. Kondisi ini kemudian dimanfaatkan
bangsa Indonesia untuk memproklamasikan kemerdekaan.
B. Latar Belakang dan Proses Pendudukan Jepang
(1942 - 1945)
Masa pendudukan Jepang merupakan periode yang
penting dalam sejarah bangsa Indonesia. Pendudukan Jepang di Indonesia
ditujukan untuk mewujudkan Persemakmuran Bersama Asia Timur Raya. Untuk
mewujudkan cita-cita itu, Jepang menyerbu pangkalan Angkatan Laut di Pearl
Harbour, Hawai. Peristiwa itu terjadi pada tanggal 7 Desember 1941. Gerakan invasi
militer Jepang cepat merambah ke kawasan Asia Tenggara. Pada bulan
Januari-Februari 1942, Jepang menduduki Filipina, Tarakan (Kalimantan Timur),
Balikpapan, Pontianak, dan Samarinda. Pada bulan Februari 1942 Jepang berhasil
menguasai Palembang. Untuk menghadapi Jepang, Sekutu membentuk Komando
gabungan. Komando itu bernama ABDACOM (American British Dutch Australian
Command). ABDACOM dipimpin oleh Jenderal Sir Archibald Wavell dan berpusat di
Bandung. Pada tanggal 1 Maret 1942 Jepang berhasil mendarat di Jawa yaitu Teluk
Banten, di Eretan (Jawa Barat), dan di Kragan (Jawa Timur). Pada tanggal 5
Maret 1942 kota Batavia jatuh ke tangan Jepang. Akhirnya pada tanggal 8 Maret
1942 Belanda secara resmi menyerah kepada Jepang.
Upacara
penyerahan kekuasaan dilakukan pada tanggal 8 Maret 1942 di Kalijati, Subang,
Jawa Barat. Dalam upacara tersebut Sekutu diwakili oleh Gubernur Jenderal
Tjarda van Starkenborgh dan Jenderal Ter Poorten, sedang Jepang diwakili oleh
Jenderal Hitoshi Imamura. Dengan penyerahan itu secara otomatis Indonesia mulai
dijajah oleh Jepang.
Kebijakan Jepang terhadap rakyat Indonesia pada
prinsipnya diprioritaskan pada dua hal, yaitu:
1. menghapus pengaruh-pengaruh Barat di kalangan rakyat Indonesia, dan
2. memobilisasi rakyat Indonesia demi kemenangan Jepang dalam Perang Asia Timur Raya.
1. menghapus pengaruh-pengaruh Barat di kalangan rakyat Indonesia, dan
2. memobilisasi rakyat Indonesia demi kemenangan Jepang dalam Perang Asia Timur Raya.
Politik imperialisme Jepang di Indonesia
berorientasi pada eksploitasi sumber daya alam dan manusia. Jepang melakukan
eksploitasi sampai tingkat pedesaan. Dengan berbagai cara, Jepang menguras
kekayaan alam dan tenaga rakyat melalui janji-janji maupun kekerasan.
Masa pendudukan Jepang berbeda dengan masa
penjajahan Belanda. Pada penjajahan Belanda pemerintahan dipegang oleh
pemerintahan sipil. Sedangkan masa Jepang dipimpin oleh militer. Dalam
menjalankan pemerintahannya, Indonesia dibagi dalam tiga
wilayah kekuasaan militer.
wilayah kekuasaan militer.
1. Wilayah I, meliputi Pulau Jawa dan Madura
diperintah oleh Tentara keenambelas dengan pusatnya di Batavia (Jakarta).
2. Wilayah II meliputi daerah Pulau Sumatra, diperintah oleh tentara keduapuluh lima dengan pusatnya di Bukittinggi.
3. Wilayah III meliputi Kalimantan, Sulawesi, Bali, Nusa Tenggara, Timor, Maluku diperintah oleh Armada Selatan Kedua dan berkedudukan di Makassar (Ujungpandang).
2. Wilayah II meliputi daerah Pulau Sumatra, diperintah oleh tentara keduapuluh lima dengan pusatnya di Bukittinggi.
3. Wilayah III meliputi Kalimantan, Sulawesi, Bali, Nusa Tenggara, Timor, Maluku diperintah oleh Armada Selatan Kedua dan berkedudukan di Makassar (Ujungpandang).
1. Bidang Politik
Pada masa awal pendudukan, Jepang menyebarkan
propaganda yang menarik. Sikap Jepang pada awalnya menunjukkan kelunakan,
misalnya:
a. mengizinkan bendera Merah Putih dikibarkan di samping bendera Jepang,
b. melarang penggunaan bahasa Belanda,
c. mengizinkan penggunaan bahasa Indonesia dalam kehidupan sehari-hari, dan
d. mengizinkan menyanyikan lagu Indonesia Raya.
a. mengizinkan bendera Merah Putih dikibarkan di samping bendera Jepang,
b. melarang penggunaan bahasa Belanda,
c. mengizinkan penggunaan bahasa Indonesia dalam kehidupan sehari-hari, dan
d. mengizinkan menyanyikan lagu Indonesia Raya.
Kebijakan Jepang yang lunak ternyata tidak
berjalan lama. Jenderal Imamura mengubah semua kebijakannya. Kegiatan politik
dilarang dan semua organisasi politik yang ada dibubarkan. Sebagai gantinya
Jepang membentuk organisasi-organisasi baru. Tentunya untuk kepentingan Jepang
itu sendiri. Organisasi-organisasi yang didirikan Jepang antara lain Gerakan
Tiga A, Putera, dan Jawa Hokokai.
a. Gerakan Tiga A
Gerakan Tiga A dibentuk pada bulan Maret 1942 dan diketuai oleh Mr. Syamsuddin. Gerakan Tiga A terdiri dari Nippon Cahaya Asia, Nippon Pelindung Asia, dan Nippon Pemimpin Asia. Tujuan gerakan ini adalah untuk menghimpun potensi bangsa guna kemakmuran bersama. Ternyata Gerakan Tiga A tidak berumur lama karena dirasa kurang efektif oleh Jepang sehingga dibubarkan, sebagai gantinya dibentuk Putera (Pusat Tenaga Rakyat).
Gerakan Tiga A dibentuk pada bulan Maret 1942 dan diketuai oleh Mr. Syamsuddin. Gerakan Tiga A terdiri dari Nippon Cahaya Asia, Nippon Pelindung Asia, dan Nippon Pemimpin Asia. Tujuan gerakan ini adalah untuk menghimpun potensi bangsa guna kemakmuran bersama. Ternyata Gerakan Tiga A tidak berumur lama karena dirasa kurang efektif oleh Jepang sehingga dibubarkan, sebagai gantinya dibentuk Putera (Pusat Tenaga Rakyat).
b . Pusat Tenaga Rakyat (Putera)
Pada tanggal 1 Maret 1943 Jepang membentuk Putera. Gerakan ini dipimpin oleh tokoh empat serangkai yaitu Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta, Ki Hajar Dewantara, dan K.H. Mas Mansyur.
Pada tanggal 1 Maret 1943 Jepang membentuk Putera. Gerakan ini dipimpin oleh tokoh empat serangkai yaitu Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta, Ki Hajar Dewantara, dan K.H. Mas Mansyur.
Bagi
para pemimpin Indonesia, Putera bertujuan untuk membangun dan menghidupkan
segala apa yang dirobohkan oleh imperialis Belanda. Sedangkan bagi Jepang,
Putera bertujuan untuk memusatkan segala potensi masyarakat Indonesia dalam
rangka membantu
usaha perangnya. Putera lebih bermanfaat bagi bangsa Indonesia daripada bagi Jepang. Putera lebih mengarahkan perhatian rakyat kepada kemerdekaan daripada kepada usaha perang pihak Jepang. Oleh karena itu kemudian Jepang membentuk Jawa Hokokai (Himpunan Kebaktian Jawa).
usaha perangnya. Putera lebih bermanfaat bagi bangsa Indonesia daripada bagi Jepang. Putera lebih mengarahkan perhatian rakyat kepada kemerdekaan daripada kepada usaha perang pihak Jepang. Oleh karena itu kemudian Jepang membentuk Jawa Hokokai (Himpunan Kebaktian Jawa).
c . Jawa Hokokai (Himpunan Kebaktian Jawa)
Pada bulan Maret 1944 pemerintah Jepang membentuk Jawa Hokokai. Jawa Hokokai dinyatakan sebagai organisasi resmi pemerintah sehingga pucuk kepemimpinan langsung dipegang oleh Gunseikan. Himpunan ini mempunyai tiga dasar yaitu mengorbankan diri, mempertebal persaudaraan, dan melaksanakan sesuatu dengan bukti. Jawa Hokokai mempunyai tugas antara lain mengerahkan rakyat
untuk mengumpulkan padi, besi tua, pajak, dan menanam jarak sebagai bahan baku pelumas untuk Jepang. Pada tanggal 5 September 1943 membentuk Cuo Sangi In (Badan Pertimbangan) atas anjuran Perdana Menteri Hideki Tojo. Ketua Cuo Sangi In dipegang oleh Ir. Soekarno. Tugas badan ini adalah mengajukan usul kepada pemerintah serta menjawab pertanyaan pemerintah mengenai tindakan yang perlu dilakukan oleh pemerintah militer.
Pada bulan Maret 1944 pemerintah Jepang membentuk Jawa Hokokai. Jawa Hokokai dinyatakan sebagai organisasi resmi pemerintah sehingga pucuk kepemimpinan langsung dipegang oleh Gunseikan. Himpunan ini mempunyai tiga dasar yaitu mengorbankan diri, mempertebal persaudaraan, dan melaksanakan sesuatu dengan bukti. Jawa Hokokai mempunyai tugas antara lain mengerahkan rakyat
untuk mengumpulkan padi, besi tua, pajak, dan menanam jarak sebagai bahan baku pelumas untuk Jepang. Pada tanggal 5 September 1943 membentuk Cuo Sangi In (Badan Pertimbangan) atas anjuran Perdana Menteri Hideki Tojo. Ketua Cuo Sangi In dipegang oleh Ir. Soekarno. Tugas badan ini adalah mengajukan usul kepada pemerintah serta menjawab pertanyaan pemerintah mengenai tindakan yang perlu dilakukan oleh pemerintah militer.
Pada awal pendudukan Jepang, ekonomi Indonesia
mengalami kelumpuhan obyek-obyek vital seperti pertambangan dan industri
dibumihanguskan oleh Sekutu. Untuk menormalisasi keadaan, Jepang banyak melakukan
kegiatan produksi. Semua kegiatan ekonomi diarahkan untuk memenuhi kebutuhan
perang. Misalnya dengan membangun pabrik senjata dan mewajibkan rakyat menanam
pohon jarak. Oleh karena itu Jepang menerapkan sistem autarki. Sistem autarki
adalah tiap-tiap daerah diharapkan dapat memenuhi kebutuhannya sendiri. Untuk
membangun fasilitas perang, Jepang memerlukan banyak tenaga kasar. Tenaga kasar
yang digunakan untuk kerja paksa dinamakan romusha. Kehidupan romusha sangat
mengenaskan. Mereka hidup menderita, miskin, kelaparan, dan tidak jarang
terjadi kematian. Selain dengan romusha, Jepang juga mengeksploitasi sumber
daya alam terutama batu bara dan minyak bumi.
Pada masa Jepang banyak rakyat Indonesia yang
dipaksa menjadi romusha. Mereka dipaksa bekerja keras tanpa diberi upah dan
makanan. Akibatnya banyak romusha yang meninggal dan terjangkit wabah penyakit.
Karena kemelaratan yang dialami para romusha tersebut, muncul golongan baru
yang disebut golongan kere atau gembel.
Jepang juga mengatur sistem stratifikasi sosial
dalam masyarakat. Stratifikasi sosial pada masa pendudukan Jepang terdiri dari:
a. Golongan teratas yaitu golongan Jepang.
b. Golongan kedua yaitu golongan pribumi.
c. Golongan ketiga yaitu golongan Timur Asing.
a. Golongan teratas yaitu golongan Jepang.
b. Golongan kedua yaitu golongan pribumi.
c. Golongan ketiga yaitu golongan Timur Asing.
Dalam rangka memperkuat kedudukan dalam Perang
Pasifik, Jepang melakukan mobilisasi para pemuda untuk dibina dalam latihan
militer. Oleh karena itu Jepang membentuk organisasiorganisasi semimiliter dan
organisasi militer. Lihat tabel 2.4
Tabel 2.4 Organisasi-Organisasi
Semimiliter dan Organisasi Militer Bentukan Jepang
5. Bidang Budaya
Pada masa pendudukan Jepang, bahasa Indonesia
diizinkan digunakan dalam komunikasi. Sebaliknya, bahasa Belanda tidak boleh
digunakan. Papan nama dalam toko, rumah makan, atau perusahaan yang berbahasa
Belanda diganti dengan bahasa Indonesia atau bahasa Jepang. Surat kabar dan
film yang berbahasa Belanda dilarang beredar.
Dalam menghadapi penjajahan Jepang, para pejuang
memiliki strategi yang tidak sama. Ada dua macam golongan yaitu golongan
kooperatif dan nonkooperatif. Golongan kooperatif bersedia kerja sama dengan
Jepang. Mereka duduk dalam organisasi bentukan Jepang. Sedang golongan
nonkooperatif adalah golongan yang tidak mau bekerja sama dengan Jepang, mereka
membentuk organisasi bawah tanah. Berikut ini kelompok bawah tanah pada masa
Jepang, lihat tabel 2.5
Tabel 2.5 Kelompok Bawah
Tanah pada Masa Pendudukan Jepang
Perjuangan
yang bersifat kooperatif dilakukan oleh para pemimpin bangsa. Mereka bersedia
bekerja sama dengan Jepang. Perjuangan yang kooperatif dilakukan dengan
bergabung dalam organisasi-organisasi bentukan Jepang misalnya dalam Putera,
Jawa Hokokai, Gerakan Tiga A, dan Cuo Sangi In. Di samping itu juga duduk dalam
badan-badan pemerintahan Jepang.
E. Perlawanan terhadap Jepang
Pada masa pendudukan Jepang, kehidupan rakyat
sangat menderita. Hal ini disebabkan rakyat dipaksa menjadi romusha dan
dibebani kewajiban menyerahkan hasil panennya. Penderitaan yang dialami rakyat
menyebabkan munculnya rasa benci terhadap Jepang. Kebencian itu diperparah
dengan kewajiban untuk melakukan Seikerei ke arah Tokyo yang tidak dapat
diterima. Akibatnya terjadi perlawanan rakyat Indonesia terhadap kekejaman
tentara Jepang. Untuk lebih jelasnya lihat tabel 2.6 berikut.
Tabel 2.6
Perlawanan-Perlawanan yang Muncul terhadap Jepang
Perlawanan
rakyat yang terjadi di berbagai daerah di Indonesia menunjukkan bahwa
kemerdekaan bangsa Indonesia bukanlah hadiah dari pemerintah Jepang.
Kemerdekaan Indonesia diperjuangkan, dan kemudian dipertahankan oleh bangsa
Indonesia sendiri.
F. Berbagai Perubahan Akibat Pendudukan Jepang
Pendudukan Jepang telah mengakibatkan berbagai
perubahan pada masyarakat pedesaan Indonesia, khususnya Jawa.
kebijakan-kebijakan Jepang mengakibatkan terjadinya berbagai perubahan dalam
kehidupan masyarakat. Berikut ini beberapa perubahan yang
terjadi akibat pendudukan Jepang di Indonesia.
terjadi akibat pendudukan Jepang di Indonesia.
Dalam bidang pemerintah terjadi perubahan dari
pemerintahan sipil ke pemerintahan militer, jabatan Gubernur Jenderal diganti
dengan Panglima Tentara Jepang. Untuk memperlancar proses eksploitasi di
pedesaan dan mengontrol rakyat, Jepang membentuk tonarigumi (Rukun Tetangga).
Tujuannya adalah untuk meningkatkan pengawasan terhadap penduduk.
Akibat dibentuknya tonarigumi, peran dan fungsi
lembaga politik tradisional memudar.
Pada masa Jepang, juga diberlakukan politik
penyerahan padi secara paksa. Hal ini dilakukan untuk memenuhi kebutuhan pangan
bagi para tentara. Akibat penyerahan padi itu antara lain angka kematian
meningkat, tingkat kesehatan masyarakat menurun, kelangkaan bahan pangan, dan
kesejahteraan sosial sangat buruk. Mobilitas sosial masyarakat cukup tinggi.
Golongan pemuda, pelajar, dan tokoh masyarakat mengalami peningkatan status
sosial. Hal ini disebabkan mereka bergabung dalam organisasi bentukan Jepang.
Selain itu juga duduk dalam pemerintahan.
Pulau
Jawa memiliki jumlah penduduk yang sangat banyak. Melihat hal tersebut, Jepang
memanfaatkannya sebagai tenaga kerja. Masyarakat pedesaan dipaksa menjadi
romusha. Para romusha harus membuat pabrik senjata, benteng pertahanan, dan
jalan. Mereka
tidak hanya bekerja di Indonesia tetapi juga dikirim ke luar negeri. Para romusha sangat menderita dan tidak dapat upah dan makanan. Mereka masih menerima perlakuan yang kejam dari Jepang. Hal ini menimbulkan ketakutan pada masyarakat yang harus menyerahkan warganya untuk menjadi romusha.
tidak hanya bekerja di Indonesia tetapi juga dikirim ke luar negeri. Para romusha sangat menderita dan tidak dapat upah dan makanan. Mereka masih menerima perlakuan yang kejam dari Jepang. Hal ini menimbulkan ketakutan pada masyarakat yang harus menyerahkan warganya untuk menjadi romusha.